Menulis Artikel Nonfiksi
Untuk artikel nonfiksi, menurut saya, kiat dasarnya cukup sederhana. Kita hanya membutuhkan "bahan dasar" sebagai berikut:
- Ide
- Berpikir sistematis
- Data (ini cukup relatif, karena ada juga artikel yang bisa ditulis tanpa harus mencari data)
- Fokus pada masalah. Jangan suka melebarkan topik ke mana-mana.
Untuk lebih jelasnya, mari kita pelajari contoh sederhana ini.
1. Ide
Ide itu ada di mana-mana. Kali ini, kita mengambil contoh ide yang
sederhana saja, yakni: "saya ingin membaca buku sebanyak-banyaknya,
tapi saya tidak punya waktu dan tidak punya uang untuk membeli buku
yang banyak."
Nah, ini adalah ide yang cukup bagus dan bisa kita angkat menjadi sebuah tulisan. Di dalam ide ini terdapat sebuah masalah yang dapat kita kembangkan nantinya.
Nah, ini adalah ide yang cukup bagus dan bisa kita angkat menjadi sebuah tulisan. Di dalam ide ini terdapat sebuah masalah yang dapat kita kembangkan nantinya.
2. Berpikir sistematis
Setelah idenya ketemu, saatnya kita berpikir sistematis. Menurut saya,
berpikir sistematis ini penting sekali. Salah satu kegagalan para
penulis pemula adalah: mereka belum terbiasa berpikir secara
sistematis. Akibatnya, mereka punya ide, tapi bingung harus mulai dari
mana, bagaimaan cara mengembangkannya, dan seterusnya. Karena itu,
kalau kita ingin jadi seorang penulis nonfiksi yang berhasil, cobalah
mulai berlatih berpikir sistematis. Begitu ada ide, kita analisis dia
secara runut, poin per poin, langkah demi langkah.
Dari contoh di atas, mari kita coba mengembangkannya berdasarkan pemikiran yang sistematis:
- Saya berpendapat bahwa membaca itu sangat penting. Karena itu, saya harus membaca buku sebanyak-banyaknya.
- Apa saja sih, manfaat membaca buku itu?
- Kendala #01: Saya tak punya waktu yang banyak. Saya kan sibuk, banyak kerjaan, dst...
- Kendala #02: Uang saya terbatas, sehingga saya tidak bisa membeli buku yang banyak.
- Alternatif pemecahan masalah:
- Pinjam di perpustakaan.
- Pinjam buku ke teman. Perluas pergaulan sehingga makin banyak teman yang bisa meminjamkan buku.
- Membaca ketika dalam perjalanan.
- Membaca di sela-sela tugas kantor.
- Sering-sering browsing di internet,
- Dan seterusnya.
- Pembahasan terhadap "alternatif pemecahan masalah":
- Tentang pinjam di perpustakaan: Wah, tidak bisa! Saya juga tak punya waktu untuk minjam ke perpustakaan. Lagipula, saya seringkali belum membaca bukunya, padahal sudah saatnya dikembalikan lagi.
- Tentang pinjam ke teman: wah, teman saya sedikit. Saya kan orangnya kuper.
- dan seterusnya...
- Pemecahan masalah secara menyeluruh
- Kesimpulan
Nah, dari sistem berpikir sistematis tersebut, kita sudah menemukan Kerangka Karangan.
Ya, kerangka karangan ini sangat penting, karena dari sini kita bisa
mengembangkan tulisan. Kerangka tulisan ini bisa kita tulis di kertas,
atau cukup disimpan di kepala saja. Terserah kita memilih yang mana,
tergantung kebiasaan dan kemampuan masing-masing.
3. Data
Alangkah bagusnya jika tulisan ini kita lengkapi dengan data pendukung.
Misalnya: berapa koleksi buku yang telah saya miliki, berapa rata-rata
harga buku. Dari total penghasilan saya, berapa rupiah yang dapat saya
sisihkan untuk membeli buku. Dan seterusnya. Data ini akan membuat
tulisan kita lebih "kaya".
4. Fokus. Jangan melebarkan topik
Nah, ini adalah masalah yang seringkali tidak kita sadari ketika
menulis. Sebab, kita merasa bahwa apa yang kita tulis masih berhubungan
dengan tema utamanya, padahal sebenarnya tidak terlalu berhubungan, dan
tidak perlu dibahas.
Misalnya begini:
Ketika menulis tentang ide di atas (kendala saya dalam membaca buku), kita tanpa sadar membahas tentang "gerakan gemar membaca yang dicanangkan pemerintah." Kita uraikan tema ini panjang lebar, ditambah berbagai data penunjang.
Misalnya begini:
Ketika menulis tentang ide di atas (kendala saya dalam membaca buku), kita tanpa sadar membahas tentang "gerakan gemar membaca yang dicanangkan pemerintah." Kita uraikan tema ini panjang lebar, ditambah berbagai data penunjang.
Menulis Artikel
0 komentar:
Posting Komentar