Kisah Pungguk membiarkan bulan
Masih dia berfikir keras menyikapi
masalah ini, dahinya tampak membiru karena terlalu banyak bersujud meminta
bantuan jawaban kepada tuhannya, matanya tampak hitam karena terlalu dalam
melihat dalam lubuk hatinya dan dalamnya pikiran yang akan membuat keputusannya
itu. Sungguh dia sekarang bukan manusia yang bisa diajak bicara tentang
kesenangan dan senyuman. Tersirat jelas dia dalam keadaan tertimpa gunung
masalah yang begitu besar dalam hidupnya.
Masalah yang setiap hari selama 10 tahun dia takutkan. Dan sekarang masalah itu benar-benar datang kepadanya. Sudah 10 tahun dia memikirkan masalah tersebut dan penyelesaian yang akan dia pakai untuk masalah tersebut. Tapi sekarang, ketika masalah itu sudah menyapanya, dia tidak bisa apa-apa.
Masalah yang setiap hari selama 10 tahun dia takutkan. Dan sekarang masalah itu benar-benar datang kepadanya. Sudah 10 tahun dia memikirkan masalah tersebut dan penyelesaian yang akan dia pakai untuk masalah tersebut. Tapi sekarang, ketika masalah itu sudah menyapanya, dia tidak bisa apa-apa.
“mas, ceraikan aku” kata-kata dari
istrinya kepadanya.
Untuk sesaat kata-kata itu menbuat waktu berhenti dan membuatnya memasuki ruang waktu yang luas tak berujung. Yang ada hanya masa-masa yang berterbangan mengelilinginya dan menuntunnya untuk segera pergi ke ujung yang tak tampak.
“mas…..!”tiba-tiba suara istrinya menariknya dari ruang waktu tersebut.
Dia menatap istrinya dengan penuh tanda Tanya, yang sebenarnya dia sendiri sudah tahu jawabanya. Karena hal tersebut sudah dia pikirkan sejak 10 tahun yang lalu. Tapi entah kenapa misteri tatapanya kepada isterinya begitu besar. Seakan-akan itu adalah gunung besar yang selalu dia lihat di pagi hari ketika cuaca cerah, tapi selalu dia ingin memanjat gunung itu, ingin mengetahui gunung itu dan ingin mengetahui seberapa besar gunung itu.
“kenapa dik…..?”tanyanya.
“aku bertemu seseorang yang menginginkanku dan aku juga mengingnkannya”jawabnya dengan sedikit ragu dan takut.
“siapa orang itu?”
“Atasanku, orang luar”
“aku fikirkan dulu”dengan wajah sendu di menuju ke kamarnya dan mengunci diri.
Untuk sesaat kata-kata itu menbuat waktu berhenti dan membuatnya memasuki ruang waktu yang luas tak berujung. Yang ada hanya masa-masa yang berterbangan mengelilinginya dan menuntunnya untuk segera pergi ke ujung yang tak tampak.
“mas…..!”tiba-tiba suara istrinya menariknya dari ruang waktu tersebut.
Dia menatap istrinya dengan penuh tanda Tanya, yang sebenarnya dia sendiri sudah tahu jawabanya. Karena hal tersebut sudah dia pikirkan sejak 10 tahun yang lalu. Tapi entah kenapa misteri tatapanya kepada isterinya begitu besar. Seakan-akan itu adalah gunung besar yang selalu dia lihat di pagi hari ketika cuaca cerah, tapi selalu dia ingin memanjat gunung itu, ingin mengetahui gunung itu dan ingin mengetahui seberapa besar gunung itu.
“kenapa dik…..?”tanyanya.
“aku bertemu seseorang yang menginginkanku dan aku juga mengingnkannya”jawabnya dengan sedikit ragu dan takut.
“siapa orang itu?”
“Atasanku, orang luar”
“aku fikirkan dulu”dengan wajah sendu di menuju ke kamarnya dan mengunci diri.
Waktu itu adalah hari yang sangat
membahagiakan bagi dia, hari dimana dia akan menikahi gadis cantik laksana
putri dari desa. Sungguh itu merupakan hari yang begitu berarti baginya.
Seorang bungkuk yang mendapatkan istri yang cantik dan masih muda. Sebuah
impian yang akan menjadi kenyataan.
Istrinya merupakan gadis umur 15 tahun dari desa terpencil di sebuah kota kecil. Sungguh beruntung si bungkuk menikahi gadis kecil tersebut, meskipun pernkahannya merupakan pernikahan yang di paksakan oleh orang tua gadis kecil tersebut.
Hari-hari mereka berjalan seperti keluarga biasa umumnya, meskipun banyak omongan-omongan dari orang-orang sekitar. Tapi mereka tidak memperdulikannya. Bahkan mereka dikaruniai 2 orang anak yang tampan dan normal.
Istrinya merupakan gadis desa yang lugu yang dari kecil sudah di didik untuk menghormati suaminya. Istrinya tersebut selalu merawat keluarganya dengan sabar dan penuh perhatian, tidak pernah dia mengeluh ataupun menentang suaminya. Dia benar-benar menghormati suaminya dengan tulus dan ikhlas.
Begitupun suaminya yang sayang dan mencintai istri dan anak-anaknya. Tidak pernah dia marah-marah atau bahkan memukul istrinya. Keluarga mereka begitu bahagia.
Hingga suatu hari sang istri di ajak kakaknya untuk kerja di luar kota guna menambah penghasilan keluarga mereka yang pas-pasan. Dengan berat hati suaminya pun mengijinkannya mencari kerja ke luar kota.
Disana istri si bungkuk berkenalan dengan orang luar yang menjadi atasannya. Istri dan orang luar itupun semakin dekat dan saling menyukai. Dan akhirnya orang luar itupun mengajaknya menikah.
Istrinya merupakan gadis umur 15 tahun dari desa terpencil di sebuah kota kecil. Sungguh beruntung si bungkuk menikahi gadis kecil tersebut, meskipun pernkahannya merupakan pernikahan yang di paksakan oleh orang tua gadis kecil tersebut.
Hari-hari mereka berjalan seperti keluarga biasa umumnya, meskipun banyak omongan-omongan dari orang-orang sekitar. Tapi mereka tidak memperdulikannya. Bahkan mereka dikaruniai 2 orang anak yang tampan dan normal.
Istrinya merupakan gadis desa yang lugu yang dari kecil sudah di didik untuk menghormati suaminya. Istrinya tersebut selalu merawat keluarganya dengan sabar dan penuh perhatian, tidak pernah dia mengeluh ataupun menentang suaminya. Dia benar-benar menghormati suaminya dengan tulus dan ikhlas.
Begitupun suaminya yang sayang dan mencintai istri dan anak-anaknya. Tidak pernah dia marah-marah atau bahkan memukul istrinya. Keluarga mereka begitu bahagia.
Hingga suatu hari sang istri di ajak kakaknya untuk kerja di luar kota guna menambah penghasilan keluarga mereka yang pas-pasan. Dengan berat hati suaminya pun mengijinkannya mencari kerja ke luar kota.
Disana istri si bungkuk berkenalan dengan orang luar yang menjadi atasannya. Istri dan orang luar itupun semakin dekat dan saling menyukai. Dan akhirnya orang luar itupun mengajaknya menikah.
Kini lelaki bungkuk itu termenung
dikamarnya, sudah dua hari dia tidak keluar kamar, tidak makan dan minum. Dia
begitu terpukul dan sangat-sangat berat menghadapi masalah ini. Istrinya yang
dia anggap adalah bidadari untuknya memintanya untuk menceraikannya. Sungguh ironis,
dulu dia adalah pungguk yang mendapatkan bulan. Kini dia di minta untuk
melepaskan bulan tersebut. Dia sungguh sangat mecintai istrinya dan rela mati
untuknya. Tapi jika disuruh untuk meninggalkannya, sungguh sangat berat. Apakah
cinta memang tidak harus memiliki?, tapi dia sudah menjadi miliknya.
Akhirnya, dia keluar dari
pertapaannya dalam perenungan yang hebat.
“apakah kamu mencintainya”Tanya suaminya.
“iya”istrinya menjawab singkat dan agak ragu.
“apakah kamu tidak pernah mencintaiku?”
dengan mata penuh air yang akan tumpah istrinya menjawab. “aku juga mencintaimu”
“kenapa”suaminya bertanya.
“karena kau yang mengajariku mencintai dan dicintai, ketulusanmu dalam mencintaiku tidak aku ragukan. Tapi cintaku kepadamu merupakan cinta yang aku bangun dengan kehormatanku dan kehormatanmu sebagai suamiku”
“lalu kenapa kau mencintainya?”
“karena aku mencintainya dengan kebebasan hatiku, kepuasan gejolak hidupku, dan dia adalah orang yang aku cintai tanpa aku tahu kenapa aku mencintainya.”
“apakah setelah ini kau akan tetap mencintaiku seperti dulu”
“iya, mencintaimu dengan kehormatan. Karena hanya itu yang bias aku berikan kepadamu”
“kalau begitu kau aku ceraikan”
“apakah kamu mencintainya”Tanya suaminya.
“iya”istrinya menjawab singkat dan agak ragu.
“apakah kamu tidak pernah mencintaiku?”
dengan mata penuh air yang akan tumpah istrinya menjawab. “aku juga mencintaimu”
“kenapa”suaminya bertanya.
“karena kau yang mengajariku mencintai dan dicintai, ketulusanmu dalam mencintaiku tidak aku ragukan. Tapi cintaku kepadamu merupakan cinta yang aku bangun dengan kehormatanku dan kehormatanmu sebagai suamiku”
“lalu kenapa kau mencintainya?”
“karena aku mencintainya dengan kebebasan hatiku, kepuasan gejolak hidupku, dan dia adalah orang yang aku cintai tanpa aku tahu kenapa aku mencintainya.”
“apakah setelah ini kau akan tetap mencintaiku seperti dulu”
“iya, mencintaimu dengan kehormatan. Karena hanya itu yang bias aku berikan kepadamu”
“kalau begitu kau aku ceraikan”
Lima tahun pun berlalu. Dan wanita
yang telah bukan istrinya selalu mengunjunginya. Dan dia juga tetap melayaninya
dengan cintanya yang dia berikan dulu.
Cerpen Karangan: agus
Pungguk membiarkan bulan
0 komentar:
Posting Komentar