Pages

Senin, 22 Oktober 2012

kerajaan majapahit


Sejarah Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan kepulauan yang luas. Ibu kotanya terletak di Pulau Jawa, di Kota Daha. Sebelum Majapahit berdiri, kerajaan yang berpengaruh di Jawa saat itu adalah Kerajaan Singasari yang dipimpin oleh Kertanegara. Pengaruh kerajaan Singasari yang cukup besar membuatnya menjadi salah satu kerajaan yang diperhitungkan di semenanjung Asia Tenggara.

Awal Mula Kerajaan Majapahit

Kublai Khan, Penguasa Mongol, berniat menjalin hubungan dengan Singasari. Pada tahun 1290 M, Khan mengirimkan utusannya ke Singasari untuk meminta upeti. Kertanegara menolak permintaan itu dan mengusir si utusan kembali ke hadapan Khan. Atas perlakuan tersebut, pada tahun 1293 M, Kublai Khan mengirimkan 1.000 armada kapalnya ke Jawa untuk menyerang Singasari.
Di saat yang sama, terjadi pemberontakan terhadap Kertanegara. Jayakatwang, Adipati Kediri, melakukan pemberontakan terhadap Kertanegara. Aria Wiraraja, mantan pejabat keraton yang dialihtugaskan menjadi Bupati Sumenep karena menentang politik luar negeri Kertanegara mengusulkan pemberontakan itu.
Ketika pemberontakan terjadi, Jayakatwang berhasil membunuh Kertanegara dan keluarganya. Akan tetapi, salah seorang menantu Kertanegara yang bernama Raden Wijaya melarikan diri ke Sumenep, mencari perlindungan pada Aria Wiraraja. Karena memiliki hubungan dekat dengan Aria Wiraraja, Raden Wijaya diampuni dan kembali ke Jawa. Raden Wijaya kemudian diberi lahan di tengah Hutan Tarik untuk membangun pemukiman sendiri.
Pemukiman tersebut kemudian berkembang menjadi desa yang disebut sebagai Majapahit. Menurut Berthold Laufer, seorang orientalis Jerman, nama Majapahit diambil dari nama buah maja yang rasanya pahit. Nama tersebut diambil karena di sekitar pemukiman Raden Wijaya itu, banyak ditemukan buah maja.
Pasukan Mongol telah datang ke Jawa. Mereka berniat menangkap dan menghukum Kertanegara karena menolak utusan Mongol yang pernah datang ke Singasari. Raden Wijaya selaku ahli waris bersedia untuk bertanggung jawab asalkan mereka mau membantunya merdeka dari kekuasaan Jayakatwang.
Jayakatwang berhasil dikalahkah oleh Raden Wijaya dan pasukan Mongol. Kemudian, setelah Raden Wijaya berhasil menyusun ulang kekuatan, ia bertempur melawan pasukan Mongol dan mengusir mereka pergi dari Jawa.
Pada 1293 Masehi, Raden Wijaya mendirikan benteng sebagai pusat pemerintahan Majapahit. Lantas, tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka (atau 10 November 1293 Masehi) ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Kerajaan Majapahit. Tanggal tersebut adalah tanggal resminya Raden Wijaya dinobatkan sebagai penguasa Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Setelah Raden Wijaya meninggal, takhta penguasa Majapahit diwariskan kepada Prabu Jayanegara. Anak Raden Wijaya ini dikenal sebagai seseorang yang tabiatnya buruk.
Salah satu tabiat buruknya adalah keinginannya menjadikan saudara tirinya sendiri, Tribhuwanatunggadewi sebagai istri. Maka dari itu, ia digelari Kala Gemet. Pada akhirnya, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya sendiri, Tanca. Lantas, menurut tradisi, ibu tiri Jayanegara, Gayatri Rajapatni diangkat menjadi ratu Majapahit. Gayatri menolak kesempatan tersebut karena telah menetapkan hati akan menjadi bikkhuni.
Gayatri menunjuk anaknya, Tribhuana Wijayatunggadewi untuk mengambil alih kekuasaan tersebut. Setelah diresmikan sebagai ratu, ia mengangkat Gajah Mada sebagai patih agung pada 1336.
Setelah dilantik, Gajah Mada mengikrarkan sumpah yang dikenal sebagai Sumpah Palapa. Ia berencana mempersatukan wilayah di kepulauan Nusantara dalam satu pemerintahan. Di bawah kepemimpinannya, Majapahit berubah menjadi sebuah kerajaan besar dengan wilayah yang luas dan peradaban yang maju.

Zaman Keemasan Kerajaan Majapahit

Zaman keemasan Kerajaan Majapahit dimulai sejak diangkatnya Hayam Wuruk, anak Tribhuana Wijayatunggadewi sebagai penguasa Majapahit di tahun 1350 M. Tribhuana Wijayatunggadewi meletakkan kekuasaannya sebagai ratu tepat setelah ibunya meninggal.
Hayam Wuruk, dikenal pula sebagai Rajasanagara, menguasai Majapahit sejak 1350 M - 1389 M. Pada tahun-tahun inilah, Majapahit berada dalam puncak keemasannya. Kesuksesan ini dicapai berkat bantuan patih agung Majapahit, Gajah Mada.
Gajah Mada melakukan penaklukan ke berbagai wilayah di Nusantara. Penaklukan ini melalui upaya militer dan diplomatik. Upaya seperti pernikahan antarkeluarga raja pun menjadi jalan untuk melakukan aliansi dengan kerajaan-kerajaan kecil.
Berdasarkan kitab Negrakretagama, wilayah Majapahit pada masa Gajah Mada adalah beberapa kerajaan di Sumatra dan Semenanjung Melayu, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian pulau di Filipina.

Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Setelah kematian Hayam Wuruk pada 1389 Masehi. Terjadi kekacauan dan perpecahan di dalam keluarga kerajaan. Hal ini dipicu oleh perebutan kekuasaan antara putri mahkota Kusumawardhani yang menikahi Pangeran Wirakramawardhana dengan anak Hayam Wuruk dari pernikahan sebelumnya, yaitu Pangeran Wirabhumi. Terjadilah Perang Paregreg pada 1405 - 1406 M. Wirakramawardhana menang, sedangkan Pangeran Wirabhumi ditangkap.
Selain itu, kekuatan Majapahit mulai tersaingi oleh Kesultanan Malaka yang mulai mengenggam kendali terhadap Selat Malaka. Tahun keruntuhan Majapahit terjadi sekitar 1487 M (atau tahun 1400 Saka) atau 1527, ketika Kesultanan Demak yang dipimpin Raden Patah merebut Daha yang dijadikan ibu kota Majapahit oleh Ranawijaya.

Struktur Pemerintahan Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit mempunyai struktur pemerintahan dan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Struktur dan birokrasi tersebut tampaknya tidak banyak mengalami perubahan selama perkembangan sejarah. Raja yang memerintah Majapahit dianggap sebagai penjelmaan dari dewa di dunia. Selain itu, raja pun memegang otoritas politik tertinggi di kerajaan.
Dalam menjalankan pemerintahannya, raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi serta para putra dan kerabat dekat raja yang memiliki kedudukan tinggi. Biasanya, perintah raja diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, yaitu:
  • Rakryan Mahamantri Katrini (biasanya dijabat oleh putra-putra raja).
  • Rakryan Mantri ri Pakira-kiran (dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan).
  • Dharmmadhyaksa (para pejabat hukum keagamaan).
  • Dharmma-upapatti (para pejabat keagamaan).

Pembagian Wilayah Kerajaan Majapahit

Menurut sejarah terbentuknya, Kerajaan Majapahit merupakan bagian dari kelanjutan Kerajaan Singosari yang terdiri atas beberapa kawasan di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah tersebut diperintah oleh para Paduka Bhattara yang bergelar Bhre. Gelar tersebut merupakan gelar tertinggi bangsawan kerajaan.
Biasanya, posisi tersebut untuk kerabat dekat raja saja. Tugas para Paduka Bhattara adalah mengelola wilayah kerajaan, memungut pajak, dan mengirimkan upeti atau pajak ke kerajaan pusat. Selain itu, para Paduka Bhattara pun mengelola pertahanan yang berada di perbatasan daerah yang dipimpinnya.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit terdiri dari 12 wilayah yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Berikut ini hierarki dalam pengelompokan wilayah di Kerajaan Majapahit.
  • Bhumi – kerajaan yang diperintah oleh raja.
  • Nagara – diperintah oleh rajya (gubernur) atau bhre (pangeran).
  • Watek – dikelola oleh wiyasa.
  • Kuwu – dikelola oleh lurah.
  • Wanua – dikelola thani.
  • Kabuyutan – dusun kecil atau tempat sakral.

Penguasa Kerajaan Majapahit

Layaknya sebuah kerajaan, selama keberadaannya kerajaan Majapahit pernah dipimpin oleh beberapa raja. Berikut adalah raja-raja yang pernah memegang tampuk kekuasaan tertinggi Kerajaan Majapahit.
  • Raden Wijaya: (1309)
  • Jayanegara: (1309-1328)
  • Tribhuwanatunggaldewi: (1328-1350)
  • Hayam Wuruk: (1350-1389)
  • Wikramawardhana: (1389-1429)
  • Suhita: (1429-1447)
  • Kertawijaya: (1447-1451)
  • Rajasawardhana: (1451-1453)
  • Bhre Wengker: (1456-1466)
  • Singhawikramawardhana: (1466-1468)
  • Kertabhumi: (1468-1478)
  • Ranawijaya/Girindrawardhana: (1478-?)
sumber : http://www.anneahira.com

kerajaan majapahit

0 komentar:

Posting Komentar